Subhanallaah...
Hari minggu ini sungguh luar biasa.
Jadi begini curhatnya...
Hari minggu kemarin saya pergi ke Tissera untuk membeli sebuah buku dan liat-liat senar biola. Ketika saya berdiri di deretan buku Ust. Yusuf Mansyur ada seorang teteh berjilbab panjang berwarna senada dan memakai sarung tangan menghampiri saya yang saat itu sedang galau mau beli buku The secret of a happy life atau tidak. karena galau berkepanjangan akhirnya buku itu saya letakkan lagi ke tempat semula.
Kami berkenalan sekedar nama, asal dan seputar perkuliahan. Beliau kaget mendengar seorang saya di sastra jerman. Hanya itu, kemudian saya pamit mencari-cari buku lagi.
Gak lama ketika saya sedang di buku musik, teteh itu kembali lagi menghampiri saya. Kali ini beliau meminta nomor handphone saya, saya belum tahu apa maksudnya, tapi saya berikan karena saya pikir tidak ada yang salah dari berbagi nomor.
lalu teteh itu berujar, "Subhanallah ya, pahdah (Saya gak ngerti, kenapa nama saya bisa berubah) Kita sebelumnya gak tau satu sama lain. Kamu dari bogor, saya dari mana. Tapi Allah mempertemukan kita disini. ini kan sebagai silahturahmi, ya?" saya hanya senyum-senym, mengangguk-anggup sepanjang pembicaraan.
Lalu banyk hal yang ia jelaskan, yang tidak bisa saya ingat semua kata-katanya. saya hanya ingat dengan jelas nasihatnya tentang eksistesi manusia.
Awalnya beliau bertanya kenapa saya belajar Bahasa Jerman? sumpah demi apapun, saat itu saya hanya berpikir bahwa saya mau sastra jerman. Tapi beliau meluruskan niat belajar saya yang bengkok, katanya
"Jangan sampai kita belajar hanya untuk belajar, jangan sampai kita hanya mengejar dunia. Kalau bisa niatkan sebagai ajang mendekat ke jalan Allah, siapa tahu dek, siapa tadi? (Udah salah lupa lagi) bisa berangkat ke Jerman, kan kalau bisa bahasa Jerman bisa berdakwah di sana, kalau gak bisa bahasa Jerman kan nanti miss communication." Kembali saya ngangguk-ngangguk autis.
"Kita jangan sampai eksis di dunia karena mengejar dunia. Harta? untuk apa kalau pada akhirnya hanya bisa memberikan selembar kain kafan? Keluarga? Jangan sampai kita terlalu mencintai keluarga kita di banding Allah, padahal keluarga cuma bisa mengantarkan kita sampai ke liang lahat. Amal baik? ini yang mungkin sangat berguna." Lanjutnya kalimatnya, yang belakangan baru saya ketahui bahwa itu adalah kutipan dari salah satu hadist. Seperti sebelumnya, saya hanya manggut-manggut.
"Tahu gak untuk apa Allah menciptakan manusia?" tanyanya.
sebelum menjawab saya senyam-senyum dulu, larak-lirik mencari jawaban.
"Yang saya tahu sih, teh. Untuk ibadah dan menjadi Khalifah teh. hehheeehe."
"Hmmm..." sepertinya beliau tidak puas dengan jawaban saya. "Ya betul juga, sih. cuma yang mau saya jelaskan di sini adalah, bahwa manusia itu punya kewajiban selalu menaati perintahnya dan menjauhi larangannya."
Dalam hati saya bilang, 'Abid dan menjadi Khalifah rasanya mencakup.
Sebenarnya saya tidak bisa membaca kemana arah pembicaraan kita, entah apa sebenarnya yang ingin dikatakan sang teteh. Hanya saja, ini sebuah keluarbiasaan yang amat sangat, sepertinya hikmah bisa ditarik dari mana saja, bahkan di antara rak-rak buku atau bahkan di depan kasir. Allah tahu mana yang dibutuhkan hambanya, maka saat itu, saya yang minggu ini pulang kampung dan mangkir dari melingkar diberi sesuatu dari orang yang baru saya kenal. Wallahu'alam.
Ambil saja kebaikan dari tulisan ini, dan itu pasti datangnya dari Allah.
Yang pasti datang dari keburukan saya dalam tulisan itu, tendang saja.
salam cinta persaudaraan,
Fahda A. Fauziani
Minggu, 16 Juni 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
fahdaaaa
Posting Komentar