Mungkin sebagian dari kita ada yang sedang bergalau ria, tentang kelanjutan setelah SMA, ya begitu pun saya. Faktor ekonomi menjadi salah satu penyebabnya, yang lainnya banyak. Tapi, setelah saya mendengar kisah ini dari mbak Jamu yang biasa ngampung, bukan ngota di kamseupayan saya, saya jadi semangat kuliah deh.
Beliau mencritakan tentang salah satu kerabatnya. sesama penggendol jamu. Dengan gaya khas Jawanya, dengan mata yang bergelora (Walah, lebseayundeh) dia menceritakan anak sahabat seperjuangannya.
Jadi, kalau saya membayangkan kehidupan seorang tukang jamu, rasanya saya adalah makhluk yang harus bersyukur banget-bangetan deh. saya tidak harus berkeliling kampung, bawa gendolan yang besarnya sealaihum gambreng. tapi, kenyataannya, semangat saya dibawah rata-rata semangat si mba ini. Anak kawan tukang jamu langganan saya, yang saya tidak ketahui namanya, beliau itu luar biasa bersemangat menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Ia berjualan Jamu, untuk biaya kuliahnya, setiap libur kuliah, ia mengajar anak TK. untuk kuliah! subhanallah! orangnya boleh kecil, tapi semangatnya luar biasa besar. lah saya, orangnya luar biasa besar, semangatnya luar binasa kecil. tapi, don't cry and smile, si mbak ini menyadarkan saya, bahwa Allah berjanji akan menjamin hidup mahluknya kan? jadi apa yang harus dikhawatirkan? bukannya kita harus kudu wajib musti have to percaya? asal memang kita mau dan sungguh-sungguh bukan?
Jamuers, saling mengingatkan dan menyemangati dalam hal ini yooo!