“Hidup
kita itu Cuma dibatasi adzan, pertama, ketika kita lahir, kita diadzani
oleh
ayah kita, terakhir kita diadzani ketika kita meninggal.” Kata seorang
teteh
yang selalu menasihati saya.
Lalu
muncul pertanyaan dari diri saya untuk diri saya, apa yang sudah saya
lakukan
ketika menunggu batas akhir, adzan terakhir. Entah, bermanfaat apa tidak
waktu
yang saya miliki, entah ada atau tidak orang yang merasa bahagia saat
bersama
saya, entah orang-orang merasakan kebermanfaatkan saya atau tidak, saya
tidak
tahu.
Di
waktu tengah itu, mungkin banyak sekali orang yang tersinggung,
tersakiti,
marah dengan penjelasan maupun tidak, kecewa bahkan benci. Mungkin hal
itu saya
sadari maupun tidak.
Masalah
mengisi interval adzan itu, Jadi teringat cerita Mae Toi, saya menonton
videonya di Youtube, beliau adalah seorang wanita di Thailand, miskin
dan
ditinggal suaminya. Saya yakin dalam hatinya ia sangat sedih, tapi she
don’t
show it all. Yang Nampak dari wajahnya, walaupun selengean, tapi ia amat
sangat
bersemangat dan ceria. Figur wanita strong.
Di
dalam rumah sempitnya ada 3 orang anak.
Yang
pertama Kitty, mae Toi menemukannya di jalan ketika sedang menangis,
Kitty
adalah anak korban broken home, entah orang tuanya dimana, tapi Mae Toi
mengurus dan menjaganya dengan sepenuh hati.
Kedua
ada Mack, Mae Toi juga mengangkat Mack menjadi anaknya. Mack, ia polio,
tidak
bisa berjalan dengan normal, kakinya memakai alat bantu untuk berjalan.
Mack
tidak mau ikut bermain bola karena malu dan merasa tidak bisa karena
keadaan
kakinya, tapi Mak Toi, ia membawa Mack kelapan, berteriak kepada
anak-anak yang
sedang bermain bola untuk mengajak Mack, lalu ia membentangkan tangan
Mack di
depan gawang. Haru sekali ketika melihati itu.
Terakhir
adalah Toe, ia adalah seorang pencuri. Mae Toi menebus Toe di kantor
polisi,
padahal ketika itu, ia belum kenal dengan Toe, tapi ia menolongnya.
Yang
menyedihkan adalah, Mae Toi yang terlihat kuat, sebenarnya tidak begitu,
ia
adalah ppengidap kanker, kata dokter hanya bertahan 2 tahun. Saya akan
sangat
stress kalau mengetahui hal itu, tapi
Mae Toi mengatakan, “Saya beruntung, artinya saya bisa melakukan banyak
hal
selama dua tahun.” Ia berkata kepada anak-anak itu, “Hidup yang berharga
bukanlah yang penuh dengan harta, kehormatan atau hidup yang panjang
tapi
adalah ketika kau berharga dan hidup ketika kau membuat orang lain
berharga.
Tidak ada
yang tahu berapa banyak waktu tengah kita. waktu yang hanya diantara
adzan itu. Bukan panjang atau pendek waktunya, tapi "berisi" atau tidak
ia.
Mae
Toi, terimakasih sudah menginspirasi, walaupun saya tidak tahu cerita
itu di
ambil dari kisah nyata atau bukan, tapi menginspirasi.