Selamat datang!

Pages

Selasa, 28 Agustus 2012

First Kiss


Wow, jangan sinis dulu dengan judul yang agak gimana gini, walaupun  yagak gimana gitu, tapi simak dulu isinya, jangan langsung ngayab kemana-mana dulu, ya.

Curhatan ini saya tulis karena kejadian beberapa lalu, saat itu saya sedang di sumedang, di fakultas ilmu budaya universitas padjajaran, ehmmm kalau yang belum tahu, saya diteima di sana, pamer? Gak kok, Cuma ngasih tahu sekalian minta di cie-in. ooops!
 
Jadi, dalam rangkaian ospeknya, disana disebut opera budaya, ada kegiatan training motivasinya. Tahu sendirikan, kalau udah masuk muhasabah, bayangkan orang tua, janur kuning, ee.. bendera kuning, masa-masa bersama orang tua, dan sebagaianya sebagai sebagainyalah. Berhubung saya lagi homesick, jadilah suara saya paling membahana, cairan yang enggak pantes dikeluarin, maksudnya dari hidung, keluar tanpa komando dan gak tahu diri. Saat teringat wajah ibunda tercinta, habis sudah harga diri saya sejalan dengan yang keluar itu. Kalau sudah sehisteris itu tandanya dosa kita sudah menggunung ke ibunda kita.

Fahda, apa hubungannya dengan first kiss?
Well, waktu smp, saya lumayan salah gaul, ooops, temen-temen se-jahiliyahan dulu, damai yeeee… seusia smp dulu, pembicaraan mengenai first kiss sudah tidak tabu lagi untuk anak-anak unyu kaya kita (dulu), dari teng bel istirahat, sampai teng bel masuk, itu mulu yang di bicarakan, dan itu dari senin sampai sabtu looh. Dengan bangga masing-masing dari mereka menceritakan kebanggaan mereka akan kejadian yang pasti Allah benci, dan itu, mereka bangga banget, buat mereka, bagi loe yang ‘belum’ loe norak -_- mengukur kegaulan seseorang dari situ, sumpah kasihan banget saya (maksudnya?!??).
Maaf sebelumnya, postingan ini agak fulgar, tapi, demi meluruskan dari mana dan siapa first kiss kita sebenarnya.
Ingat – pastinya enggak, waktu kita lahir dulu, ibunda kita dengan susah payah mengeluarkan kita, dengan harapan setinggi-tingginya untuk kita lahir dengan congrat, setiap tetesan peluhnya mewakilkan keinginan bunda untuk keselamatan kita, setiapn tetes air matanya mungkin adalah rasa sakitnya, kita mungkin gak tahu, bahkan gak mau tahu, tapi bunda kita tidak pernah memaksa kita untuk tahu, bunda kita tidak seegois itu untuk memaksa kita untuk memikirkan rasa sakitnya, tapi bunda kita selalu memikirkan rasa sakit kita, aneh deh bunda ini?!?
Dan ketika kita telah lahir, setelah bersih dari darah, bidan menyerahkan kita pada bunda, tangis sakit bunda berubah jadi tangis haru bahagia, padahal bunda gak tahu, setelah besar kita pasti ngeselin bunda, tapi bunda tetap menciumi kita dari kening, hidung, pipi, dan bibir. Bundalah ciuman pertama kita, bukan dokter, bukan suster, ayah saja belum tentu, atau ada yang pas lahir di cium sama pacarnya yang sekarang? Gak mungkin banget tuh…
Jadi fahda, gua harus bilang wow sambil salto gitu? 
Gak perlu, saya juga sedang belajar lebih mencintai bunda saya, bunda yang selama ini mungkin tidak saya dengar, saya lebih banyak mendengar keegoisan saya, bunda yang mungkin tidak saya kangenin sekangen cowok yang belum tentu cikal bakal pendamping saya, bunda yang mungkin lebih banyak tidak tidur memikirkan biaya kuliah kita, sedangkan kita tidur pulas di ranjang kosan. Bunda yang kita anggap kepo banget, bunda yang kadang dimata kit anorak setengah apapun, tapi bunda selalu membanggakan kita apapun situasinuya, bunda yang mungkin tidak kita banggakan sebangga pacar-pacar kita. Bunda yang mungkin tidak tahu kelakuan nakal kita diluar, bunda yang mungkin hanya tahu kalau anaknya hebat, tanpa tahu hal buruk apa yang sudah dilakukan anaknya.
Duuuh jadi pengen nangis, memang, ciuman pertama dari  bundalah yang harus dibanggakan, kalau masih membanggakan first kiss kita dengan lelaki yang belum tentu jadi pendamping kita, lihatlah ibunda kita, pasti malu dan rasanya pengen pura-pura pingsan.


0 komentar:

Posting Komentar