Selamat datang!

Pages

Rabu, 20 Februari 2013

Mengisi Interval

“Hidup kita itu Cuma dibatasi adzan, pertama, ketika kita lahir, kita diadzani oleh ayah kita, terakhir kita diadzani ketika kita meninggal.” Kata seorang teteh yang selalu menasihati saya.

Lalu muncul pertanyaan dari diri saya untuk diri saya, apa yang sudah saya lakukan ketika menunggu batas akhir, adzan terakhir. Entah, bermanfaat apa tidak waktu yang saya miliki, entah ada atau tidak orang yang merasa bahagia saat bersama saya, entah orang-orang merasakan kebermanfaatkan saya atau tidak, saya tidak tahu.
Di waktu tengah itu, mungkin banyak sekali orang yang tersinggung, tersakiti, marah dengan penjelasan maupun tidak, kecewa bahkan benci. Mungkin hal itu saya sadari maupun tidak.  

Masalah mengisi interval adzan itu, Jadi teringat cerita Mae Toi, saya menonton videonya di Youtube, beliau adalah seorang wanita di Thailand, miskin dan ditinggal suaminya. Saya yakin dalam hatinya ia sangat sedih, tapi she don’t show it all. Yang Nampak dari wajahnya, walaupun selengean, tapi ia amat sangat bersemangat dan ceria. Figur wanita strong.
Di dalam rumah sempitnya ada 3 orang anak.
Yang pertama Kitty, mae Toi menemukannya di jalan ketika sedang menangis, Kitty adalah anak korban broken home, entah orang tuanya dimana, tapi Mae Toi mengurus dan menjaganya dengan sepenuh hati.
Kedua ada Mack, Mae Toi juga mengangkat Mack menjadi anaknya. Mack, ia polio, tidak bisa berjalan dengan normal, kakinya memakai alat bantu untuk berjalan. Mack tidak mau ikut bermain bola karena malu dan merasa tidak bisa karena keadaan kakinya, tapi Mak Toi, ia membawa Mack kelapan, berteriak kepada anak-anak yang sedang bermain bola untuk mengajak Mack, lalu ia membentangkan tangan Mack di depan gawang. Haru sekali ketika melihati itu.
Terakhir adalah Toe, ia adalah seorang pencuri. Mae Toi menebus Toe di kantor polisi, padahal ketika itu, ia belum kenal dengan Toe, tapi ia menolongnya.
Yang menyedihkan adalah, Mae Toi yang terlihat kuat, sebenarnya tidak begitu, ia adalah ppengidap kanker, kata dokter hanya bertahan 2 tahun. Saya akan sangat stress kalau  mengetahui hal itu, tapi Mae Toi mengatakan, “Saya beruntung, artinya saya bisa melakukan banyak hal selama dua tahun.” Ia berkata kepada anak-anak itu, “Hidup yang berharga bukanlah yang penuh dengan harta, kehormatan atau hidup yang panjang tapi adalah ketika kau berharga dan hidup ketika kau membuat orang lain berharga.

Tidak ada yang tahu berapa banyak waktu tengah kita. waktu yang hanya diantara adzan itu. Bukan panjang atau pendek waktunya, tapi "berisi" atau tidak ia.

Mae Toi, terimakasih sudah menginspirasi, walaupun saya tidak tahu cerita itu di ambil dari kisah nyata atau bukan, tapi menginspirasi.
 

Senin, 28 Januari 2013

Mencintai Cinta

"Hal yang paling menjijikan di dunia ini adalah, bahwa saya menyadari selama ini hanya merasa kagum dan hanya karena pandangan yang jahil. Bukan cinta."

Cinta? kenapa tiba-tiba nge-post berbau cinta nih? Gak penting kenapa, yang penting blog ini agak nge-pink dikit lah.

Cinta memang sulit dideteksi, apakah ia adalah milik kita, atau punya orang lain. Hanya Tuhan yang tahu. Kita hanya menerka, sekedar berprasangka.

 Boleh jadi saat ini kita senyum-senyum memikirkan dia, sampai-sampai berharap ia lah jodoh kita. Tapi sekali lagi, tidak ada yang tahu. Berapa banyak pun orang yang sudah saya taksir, tapi Allah sudah menetapkan satu, hanya satu, yang sampai sekarang pun saya tidak ketahui. Bisa jadi yang telah dan sedang di harapkan, bisa jadi juga bukan. Bisa jadi orang yang sering berantem, boleh jadi orang yang nabrak di tangga, boleh jadi orang yang sebangku di bus, temen sekelas, sefakultas atau orang yang tidak kita tahu sama sekali. Pertanyaannya adalah, apakah kita layak menjalin hubungan yang seharusnya untuk orang yang hanya satu pula untuk kita? Hak sih, memang. Tapi banyak yang menjadi kasihan, termasuk sang Cinta itu sendiri. Ia yang seharusnya kita berikan sepenuhnya untuk si dia, energinya harus terkikis sedikit demi sedikit.

Jujur saja, definisi cinta saja saya tidak paham. Bagi saya, sulit mendefinisakannya. Tapi tuhan menciptakan kita untuk cinta, bukan?

"Katakanlah Muhammad, 'Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscahya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu' Allah Maha Pengasih lagi Maha penyayang... " (Ali-Imron:31)

Sudahlah... masalah Cinta biarlah menjadi rahasia, sekarang saya akan mencintai Cinta saja, cinta yang seringkali di bilang virus, padahal sekali pun ia tidak berdosa, ia netral, hanya bekerja pada inang yang tulus dan menerima serta mengerti ia yang sebenarnya.

saya mau ber-aku-aku, ah. Biar romantis dan co cuit.

Aku ingin mencintai cinta dengan bebas, yang tidak ada keraguan.
Seperti hujan yang turun dari awan,  turun dengan indah bagi yang memaknai keanggunannya juga bagi insan-insan yang satu frekuensi dengannya.
Juga seperti petir, yang menggeleggar tanpa rasa takut, mematah kesungkanan, membelah rasa bersalah, aku ingin mencintai seperti petir, yang
"...Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan pengelihatan." (An-Nur:43)

Jumat, 04 Januari 2013

The Master of Organisatoris


Lagu Rain Drop membangunkan tidur saya, sms! Entar ajalah bukanya kalo udah bangun,  Waktu itu sabtu malam, saya malas membuka mata karena terlalu lelah dengan aktivitas seharian.
Sesuai janji saya, saya membuka sms yang tidak sempat saya baca malam hari, dari nomor yang tidak saya kenal, bunyinya,
Assalamu'alaikum. Sahabat FLPJ, jgn lupa ya minggu ini 30 Des ada yang beda lho.. Kita akan "Outbound Ceria, Belajar Sambil bermain" bersama Trainer FLPJ Kang Mahabb Adib-Abdillah...Kumpul jam 8 @Arboretum ya. Yang perlu dibawa: Alat tulis, spidol kecil, kertas A4 3 lembar, cemilan, minum. Harap konfirm kehadiran... Semangatttt...^_^
Pagi itu dengan semangat saya keluar dengan banyak pertanyaan. Waaah seru, nih! Dalam pikiran saya. Dengan semangat dewa saya melangkah keluar pagar, baru juga dua langkah, perut saya keroncongan, wajah yang tadinya sumeringah seketika merunduk.
Selesai dengan urusan perut, saya melanjutkan perjalan. Setelah melewati fase menunggu, mulailah agenda kami bersama kang Adib.
The masterpiece of Organisatoris, judul yang keren, kan? Awalnya saya belum paham betul apa itu anggota organisasi, organisator dan organisatoris, di titik mana say berada atau bahkan belum ada dimana pun.

Titik pertama, anggota organisasi, orang yang berada di titik ini hanya mengikuti alur organisasi. Keberadaannya belum bisa mempengaruhi apa-apa. Saya rasa saya pernah disini, seringkali bahkan.
Kedua, organisator, nah, yang satu ini sudah bisa mempengaruhi hasil, dan biasanya seorang organisator menjadi cirri khas untuk organisasi yang sedang ia jalankan, namun seorang organisator memiliki masa bakti yang menjadikannya tidak abadi.
Terakhir, organisatoris, yang satu ini titik paling atas nih, level tertinggi, organisatoris walaupun masa baktinya sudah habis, nama, karya dan pengaruhnya masih ada.
Siapa , sih yang tidak mau jadi seorang oranisatoris? Tapi menjadi seorang organisatoris harus memiliki prinsip, ini nih prinsip seorang organisatoris:
1.       Problem solver, apapun masalahnya, setelah mendengar dan menganilisis pertanyaan yang dikeluarkan seorang organisatoris adalah, “Jadi, solusinya?” fokus ke solusi, tidak mencari kesalah orang lain, dan memperkeruh masalah.
2.       Menjadi public relation everywhere, seorang organisatoris harus bangga dengan organisasi atau komunitasnya, sehingga kebaikan bukan hanya untuknya, tapi juga untuk organisasinya.
3.       Bermental  crackers, orang lain karyanya lebih bagus, seorang organisatoris akan berusaha menghasilkan karya yang lebih bagus lagi, sehingga yang terjadi adalah, berlomba-lomba dalam kebaikan. Tidak ada saling menjatuhkan, yang sejatinya adalah pekerjaan orang yang tidak bisa apa-apa.
4.       Positive thinking,  pikiran yang positif akan menjadikan kata-kata yang positif, kata-kata positif menjadikan perilaku yang postif, perilaku yang positif akan menjadikan kebiasan yang positif, kebiasaan positif akan menjadikan karakter yang positif, karakter yang positif akan menjadikan nasib yang postif. Seorang organisatoris harus bernasib postif, bukan?
5.       Seorang organisatoris adalah seorang master piecer! Di setiap organisasi yang ia jalani, seorang organisator harus meninggalkan satu master piece, yang menjadikannya khas dan selalu diingat

Mendengar semua itu rasanya saya tidak benafas, jadi selama ini saya bukan seorang organisatoris, hanya sampai pada organisator. Wah… wah… wah… 
Perjumpaan kami tidak hanya sampai situ, tapi dengan kecerian kami bermain beberapa games, games yang membuat sesame anggota menjadi akrab, jadi, jika pada fase menunggu, kami tidak seperti orang marahan, jauh-jauhan duduknya, yang satu di batu sebelah sini, yang satu di batu sebelah sana.
Dan tidak lupa, games terakhir, saya tidak tahu nama gamesnya, kami diminta mengeluarkan selembar kertas HVS, lalu oleh kang Adib kami meminta menggoreskan tinta hanya satu kali, seanjutnya kertas itu dikelilingi dan goresannya dilanjutkan oleh teman kami. Sampai akhirnya sampai di punya masing-masing.
Ada yang jadinya perempuan berkerudung, ikan, bunga dan lain-lain. Entah kenapa punya saya malah seperti alien?
Ah! Tidak peduli apapun hasilgambarnya, tapi arti dari games tersebut adalah, kita tidak bisa hidup sendiri di dunia ini, pasti ada campur tangan orang lain atau lingkungan yang mempengaruhi sikap kita, entah baik atau burukn. Tapi tidak ada yang sia-sia, setiap yang masuk adalah hal baik, kita terima dan ikuti, tapi sebaliknya, jika buruk, tinggalkan saja atau perbaiki.

Das sind alles, vielen dank.