Saya teringat sesuatu ketika teteh yang sekamar dengan saya membacakan lirik lagu dari Iwan Fals ini, ada satu wajah yang tiba-tiba saja melintas di mata saya, kibatan anginnya mengenai bulu mata saya. wajah itu bukan ibu saya, tapi salah satu teman SD saya. Saya akan menyebutnya dalam kisah ini Mr. K. heheh. keren kan? Mr. K, gak pake Pop!
Mr. K ini adalah teman berantem saya semasa SD, orangnya sangat menyebalkan, wajahnya penuh dengan kesedihan dan kekesalan, orangnya pendiam. Paling tidak suka ada yang memerintah dan mengaturnya, hatinya dingin seperti air di Jatinangor :P heheh. Serius!
Mr. K orang yang kaku itu, ketika pengambilan nilai menyanyi menyanyikan lagu itu. Seorang Mr. K! dengan suaranya yang sumbang, matanya mengawang seperi memikirkan sesuatu, ketika saya langsung mangap dan, Jleb banget. walaupun sumbang, tapi Mr K menyanyikannya dengan sepenuh hati.
Sejak itu, saya dankawan-kawan yang lain mengerti kenapa Mr. K bisa sedingin itu, karena beban yang ditanggungnya...
Mr. K, adalah orang yang pintar dalam matematika, bocah kumel tinggi kurus yang pintar Matematika, yang dingin itu... saya sangat sedih ketika melihatnya sedang mengangkat satu plastik besar berisi ikan, Orang yang superdupermegagigabite cerdas Matematika itu jadi kuli angkut di pasar ikan Parung.
Saya benar-benar gak habis pikir, kenapa? Apa yang kurang dari otaknya? apa yang kurang dari rajinnya? dia sangat rajin dan ulet. Kenapa?
Sejak melihatnya di pasar ikan itu, saya selalu bertanya-tanya, bahkan sempat kesal karena si Mr. K kenapa harus tidak melanjutkan sekolah? kenapa harus jadi kuli? kenapa???
Tapi sekarang saya sadar, ternyata, itu terjadi untuk mengingatkan kita, bahwa tidak semua orang punya kesempatan, yang bagi sebagian orang adalah hal mudah. Kenapa harus orang yang cerdas yang tidak memiliki kesempatan? Untuk mengingat orang yang punya kesempatan untuk lebih keras untuk menuntut ilmu...
Terus, Mr, K cuma jadi tumbal aja? Gak kok, Allah tahu apa yang Ia lakukan dengan hambanya. Mr. K adalah orang yang menginspirasi bagi saya, insyaallah, tidak akan Allah terlantarkan orang yang bermanfaat :)
Beberapa waktu lalu, sahabat saya menanyakan berapa nilai Ujian Nasional saya. saya selalu menjawab,"Itu hanya saya dan Allah saja yang tahu." Teman-teman berpikir, pasti nilai ujian nasioal saya bagus. sekalian ngasih tahu, saya mendapat nilai 4,25 di salah satu mata pelajaran. sedih? tidak, tapi sediiiiihhh bangeeet.
Disaat teman kita sibuk mencari orang "Yang baik hati" untuk memberikan contekan, lebih baik kita mempersiapkan diri untuk sukses dengan nilai sendiri kan? malah ada juga, yang sudah les, belajar kelompok, terus belajar di rumah juga, apa lagi ya, foto kopi soal-soal setumpuk, eeehhh nyontek juga, yang bikin aneh lagi, pas Pengumuman deg-degan lagi! ckckckck
ah, Fahda sok. kayak gak pernah nyontek aja!
Pernah, saya pernah nyontek, alhamdulillah saya pernah bukannya sedang mencotek. lebih baik kejelekan itu di masa lalu daripada sekarang, kan?
"Tapi kan UN gak gampang,bikin galau." so what? emang susah.
Perasaan yang serba galau memang wajar terjadi, tapi masa iya, UN sudah mau besok, kita masih galau? kata smash juga kan, "NO MORE MELOW, SAY NO TO GALAU, NO MORE SAD SAY NO TO FEAR."
Sebagian orang memilih untuk belajar kelompok, ikut bimbingan belajar dan bimbel disekolah. Tapi sangat di sayangkan, masih banyak diantara kita yang mengharapkan bocoran. Ha, bocoran? Ya, bukan bocoran yang ketika hujan membasahi pipi kita, tapi jauh lebih mengeringkan hati kita. sebagian orang merasa lebih tenang kalau sudah mendapatkan bocoran. kok bisa?
padahal... Percaya atau tidak, manusia itu mempunyai God Spot, atau lebih dikenal hati nurani. Termasuk di dalamnya adalah kejujuran. Bagaimana mungkin, hal-hal seperti mencotek dapat menentramkan hati? Karena jika manusia melanggar hati nuraninya, pasti perasaan bersalahlah yang muncul, menyesal, kecewa bahkan marah pada diri sendiri, itulah yang membuat hati kita kekeringan. Kalau kebiasaan yang membuat hati kita kekeringan dilakukan secara intensif, jangan salahkan kalau kita mengalami masa paceklik hati. Titik-titik nurani kita terputus satu per satu. Jujur, bersih, damai, peduli, kasih sayang, melindungi, rasa itu habis sudah. Yang tinggal, hanya manusia berjiwa kering.
Semua manusia pasti akan bermasyarakat, akankah manusia berjiwa kering dapat bermasyarakat? Kita pasti punya cita-cita kan? Psikologi misalnya. Apabila ijazah mereka hasil dari ketidak jujuran, masa iya, mereka mensugestikan pasiennya untuk berbuat ketidak jujuran? Kalau pun mereka mensugestikan hal yang baik, dari mana asalnya? Dari kemunafikan? Guru? Politikus? Penulis? Diplomat? Dokter? Sama saja. Mau kita berikan apa negara kita? Akankan kericuhan saat ini terulang pada generasi kita? Yang nantinya akan kita tularkan lagi kegenerasi selanjutnya? Bad habbit, tidak akan selesai membahasanya.
Tapi jangan khawatir. Manusia selalu diberikan tali, tali yang tidak akan pernah putus. Tali yang akan menyambungkan titik-titik nurani kita. Tali pertolongan Allah. Kita tahu, UN itu tidak mudah, kita tahu keadaan kita belum cukup. Tapi ada zat Yang Maha Besar yang akan membuatnya mudah. Dia yang mengatur inspirasi dan ekspirasi dalam hitungan detik, yang mengatur sirkulatori, yang mengatur tata surya. Tidak ada satu pun yang luput dari perhitungaNya. Jelas hanya meluluskan kita semua UN, mudah saja bagiNya, tidak ada yang mustahil bagiNya. Hanya saja, bagaimana prosesnya, itulah yang dinilaiNya. UN boleh saja berpatokan pada nilai, tapi ujian keimanan tidak. Kejujuran bukanlah hak pelajar, tapi kewajiban semua orang. Janji Allah tidak akan pernah bohong, ketika Ia berkata akan mengabulkan doa hambanya yang bersungguh-sungguh, maka, seharusnya kita percaya. Ketika keadaan terdesak dan kita meminta dengan sungguh-sungguh, Allah langsung mengabulkannya. Kalau keadaannya kita dapat bocoran dan lain sebagainya, yang bersifat tidak mendesak, akankan Allah mengabulkannya? Apalagi dengan cara yang tidak halal. Bukankah dikejar Anjing galak yang rabies akan membuat kita lebih cepat berlari? Jika dibelakang kita ada hiu, lebih cepat berenang?
Teruntuk adik-adikku yang mau ujian nasional, mumpung masih banyak waktu. Belajar, Man jadda wa jada :) semangaaat!!! Yang terpenting adalah, ridho Allah S.W.T jangan dengarkan orang yang tidak mendukung :) biar nilai jelek, yang penting lulus, lebih bagus lagi, kalau nilainya bagus siii... Jangan kayak Fahda, Jore pisan :p
Ya,
Allah…
Ya Allah, Engkau Maha Besar…
Engkau menyaksikan kerja keras kami
dalam UN
Engkau Maha Melihat
Pastilah Engkau menyaksikan proses kelulusan
kami
Lindungilah kami dari cara yang
tidak baik
Luluskanlah kami dengan percikan
ridhoMu, ya Rabb
Luluskanlah kami
Agar kelak, kami menjadi manusia
yang bermanfaat bagi negeri kami
Wow, jangan sinisdulu dengan judul yang agak gimana gini,
walaupun yagak gimana gitu, tapi simak
dulu isinya, jangan langsung ngayab kemana-mana dulu, ya.
Curhatan ini saya tulis karena kejadian beberapa lalu, saat
itu saya sedang di sumedang, di fakultas ilmu budaya universitas padjajaran,
ehmmm kalau yang belum tahu, saya diteima di sana, pamer? Gak kok, Cuma ngasih
tahu sekalian minta di cie-in. ooops!
Jadi, dalam rangkaian ospeknya, disana disebut opera budaya,
ada kegiatan training motivasinya. Tahu sendirikan, kalau udah masuk muhasabah,
bayangkan orang tua, janur kuning, ee.. bendera kuning, masa-masa bersama orang
tua, dan sebagaianya sebagai sebagainyalah. Berhubung saya lagi homesick,
jadilah suara saya paling membahana, cairan yang enggak pantes dikeluarin,
maksudnya dari hidung, keluar tanpa komando dan gak tahu diri. Saat teringat
wajah ibunda tercinta, habis sudah harga diri saya sejalan dengan yang keluar
itu. Kalau sudah sehisteris itu tandanya dosa kita sudah menggunung ke ibunda
kita.
Fahda, apa hubungannya dengan first kiss?
Well, waktu smp, saya lumayan salah gaul, ooops, temen-temen
se-jahiliyahan dulu, damai yeeee… seusia smp dulu, pembicaraan mengenai first
kiss sudah tidak tabu lagi untuk anak-anak unyu kaya kita (dulu), dari teng bel
istirahat, sampai teng bel masuk, itu mulu yang di bicarakan, dan itu dari
senin sampai sabtu looh. Dengan bangga masing-masing dari mereka menceritakan
kebanggaan mereka akan kejadian yang pasti Allah benci, dan itu, mereka bangga banget,
buat mereka, bagi loe yang ‘belum’ loe norak -_- mengukur kegaulan seseorang
dari situ, sumpah kasihan banget saya (maksudnya?!??).
Maaf sebelumnya, postingan ini agak fulgar, tapi, demi
meluruskan dari mana dan siapa first kiss kita sebenarnya.
Ingat – pastinya enggak, waktu kita lahir dulu, ibunda kita
dengan susah payah mengeluarkan kita, dengan harapan setinggi-tingginya untuk
kita lahir dengan congrat, setiap tetesan peluhnya mewakilkan keinginan bunda
untuk keselamatan kita, setiapn tetes air matanya mungkin adalah rasa sakitnya,
kita mungkin gak tahu, bahkan gak mau tahu, tapi bunda kita tidak pernah
memaksa kita untuk tahu, bunda kita tidak seegois itu untuk memaksa kita untuk
memikirkan rasa sakitnya, tapi bunda kita selalu memikirkan rasa sakit kita,
aneh deh bunda ini?!?
Dan ketika kita telah lahir, setelah bersih dari darah,
bidan menyerahkan kita pada bunda, tangis sakit bunda berubah jadi tangis haru
bahagia, padahal bunda gak tahu, setelah besar kita pasti ngeselin bunda, tapi
bunda tetap menciumi kita dari kening, hidung, pipi, dan bibir. Bundalah ciuman
pertama kita, bukan dokter, bukan suster, ayah saja belum tentu, atau ada yang
pas lahir di cium sama pacarnya yang sekarang? Gak mungkin banget tuh…
Jadi fahda, gua harus bilang wow sambil salto gitu?
Gak perlu, saya juga sedang belajar lebih mencintai bunda
saya, bunda yang selama ini mungkin tidak saya dengar, saya lebih banyak
mendengar keegoisan saya, bunda yang mungkin tidak saya kangenin sekangen cowok
yang belum tentu cikal bakal pendamping saya, bunda yang mungkin lebih banyak
tidak tidur memikirkan biaya kuliah kita, sedangkan kita tidur pulas di ranjang
kosan. Bunda yang kita anggap kepo banget, bunda yang kadang dimata kit anorak
setengah apapun, tapi bunda selalu membanggakan kita apapun situasinuya, bunda
yang mungkin tidak kita banggakan sebangga pacar-pacar kita. Bunda yang mungkin
tidak tahu kelakuan nakal kita diluar, bunda yang mungkin hanya tahu kalau
anaknya hebat, tanpa tahu hal buruk apa yang sudah dilakukan anaknya.
Duuuh jadi pengen nangis, memang, ciuman pertama dari bundalah yang harus dibanggakan, kalau masih
membanggakan first kiss kita dengan lelaki yang belum tentu jadi pendamping
kita, lihatlah ibunda kita, pasti malu dan rasanya pengen pura-pura pingsan.
MINAL AIDIN WAL WAIDZIN, MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN
Hehehe... sudah berabad-abad ini blog gak di isiin. Eh, posting-posting minta maaf, maaf yaa...
Well walaupun telat, gsk apalah, "Yang penting hepi!!!"
Selama sebulan kita ngurusin badan, dalam satu hari kita jadi wow lagi, ga apalah...
Rendang, semur, ketupat sayur, kue nastar, dodol, ketapang, astor, kacang, rengginang, asinan, keripik, ehh apa lagi ya, ehm...yah kue kue, beuuhhh asal mao daaah... heheh
Semua kenikmatan itu manambah kecerian hari raya umat muslim nih, gimana gak ceria, anak-anak kecil berbaris minta salam yang nempel, kakek nenek gencar mendo'akan yang salaman dengannya,
"Eh ya, neng, sekola yang bener, biar sukses..." Dan seterusnya dehh
Semoga kecerian kita diridhoi Allah. amiin
sekali lagi, saya minta maaf yaa...
Atas segala ucapan yang menyakiti, tngkah yang ngejengkelin, diam yang ngeselin :)
Mungkin sebagian dari kita ada yang sedang bergalau ria, tentang kelanjutan setelah SMA, ya begitu pun saya. Faktor ekonomi menjadi salah satu penyebabnya, yang lainnya banyak. Tapi, setelah saya mendengar kisah ini dari mbak Jamu yang biasa ngampung, bukan ngota di kamseupayan saya, saya jadi semangat kuliah deh.
Beliau mencritakan tentang salah satu kerabatnya. sesama penggendol jamu. Dengan gaya khas Jawanya, dengan mata yang bergelora (Walah, lebseayundeh) dia menceritakan anak sahabat seperjuangannya.
Jadi, kalau saya membayangkan kehidupan seorang tukang jamu, rasanya saya adalah makhluk yang harus bersyukur banget-bangetan deh. saya tidak harus berkeliling kampung, bawa gendolan yang besarnya sealaihum gambreng. tapi, kenyataannya, semangat saya dibawah rata-rata semangat si mba ini. Anak kawan tukang jamu langganan saya, yang saya tidak ketahui namanya, beliau itu luar biasa bersemangat menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Ia berjualan Jamu, untuk biaya kuliahnya, setiap libur kuliah, ia mengajar anak TK. untuk kuliah! subhanallah! orangnya boleh kecil, tapi semangatnya luar biasa besar. lah saya, orangnya luar biasa besar, semangatnya luar binasa kecil. tapi, don't cry and smile, si mbak ini menyadarkan saya, bahwa Allah berjanji akan menjamin hidup mahluknya kan? jadi apa yang harus dikhawatirkan? bukannya kita harus kudu wajib musti have to percaya? asal memang kita mau dan sungguh-sungguh bukan?
Jamuers, saling mengingatkan dan menyemangati dalam hal ini yooo!
Saya lahir pada Rabu, 21 Legi. atau 1 Juni 1994 pukul 04.00 pagi. Subhanallah, lahir juga anak tetanggga.
Fahda=Harimau.
Fauziani=cheetah.
walah?? filosofinya adalah, cheetah itu ditakuti lawan dan dihormati kawan, orang tua saya mungkin berharap seperti itu.