Selamat datang!

Pages

Senin, 03 Desember 2012

2 and I

Ini curhatan tentang betapa indahnya pengalaman saya dengan nomor dua. Bukan mendewakan nomor 2, tapi seakan-akan ini sudah ditakdirkan sama Allah.



Nomor 2 setelah nomor 1 dan sebelum nomor 3.


Mulai dari SMP saya selalu dapat peringkat 2 dikelas, gak ngerti kenapa. Kalau kata ibu saya mah sih karena sayanya aja yang gak mau belajar buat rangking 1.

Lanjut ke SMA, selama 5 semester di SMA saya dapat peringkat 2. waduh... waduhh... sekali lagi ibu saya bilang, "Belajar makanya, biar dapet rangking 1."

Yaudah siih, di tempat ke-2 juga bukan hal yang buruk, yang penting sudah berusaha.

Untuk selanjutnya SNMPTN, saya memilih sastra Inggris di pilihan pertama dan sastra Jerman di pilihan kedua. meeen! gak tahu apa salah saya sama nomor 2, Sastra Jerman yang menjadi pilihan kedua saya-lah yang diterima.

Ini bukan sulap, bukan sihir.

Saya percaya saja, kalau tidak ada yang tidak baik yang terjadi hari ini. Apapun, semua kebetulan itu bukan hanya kebetulan, tapi memang sudah ada yang mengatur, Allah.
Pasti ada rencana, pasti ada kebaikan, pasti ada sesuatu dengan semua itu.

Aihhh Nomor 2 : D

Minggu, 02 September 2012

Nikmati seni secara normal!

Kemarin setelah pulang dari kampus, saya keluar kamar kos karena mendengar sesuatu. Gedapak-Gedepuk, prer-prot, kintrang-kintrong, dung dung teng, asik banget dah! Nyunda abis musik tersebut. Saya mencari tahu, apakah itu, ternyata dipinggir jalan ada pertunjukan kuda lumping, tapi anehnya, nyanyiannya, iwak peyek, dan entah apa lagi judul dangdut itu, yang jelas, ngedut abis lah! 

Begitu saya nongol, ternyata banyak sekali orang yang penasar juga ingin melihat. Sepanjang jalan macet gila! karena mereka melakukan pertunjukan secara pawai, sampai memenuhi badan jalan. 

Dan ada satu hal yang membuat suasana horor, yaitu adegan seorang pemuda yang guling-gulingan sambil menunggangi kuda lumping tersebut dengan sekujur tubuh basah dengan air. Dan banyak orang yang bergoyang mengikuti musik secara seronok. Saya tidak mengerti, Apa itu bagian dari seninya, atau emang orang-orang itu aja yang memang doyang bergoyang seronok, maksud saya, ya ampun, bisa gak sih, menikmati seni dengan cara normal aja?

Lalu ada warga yang memberitahu saya, kalau mereka yang terbuai sampai kesurupan dan bergoyang itu, biasanya karena ada hal mistis yang memang biasanya selalu ada dalam seni tari ini. Lalu saya diam, ada tiga kemungkinan di kepala saya.

1. Mungkin saja itu memang benar karena hal mistis.
2. Mungkin saja orang-orang itu dibayar untuk menarik perhatian, kalau memang benar hal itu karena mistis, kenapa hanya sebagian orang saja yang terbuai? yang lain tidak? kecuali dalam pemilihan orang ada kriteriannya, atau kenapa bisa sebagian orang saja, karena uangnya tidak cukup untuk membayar orang seJatinangor? sudahlah lupakan saja.
3. Emang sebenernya, orang-orang itu suka berjoget seperti itu.

Saya sangat setuju dengan pertunjukan seni tersebut, saya sangat suka mendengar musiknya, tapi gak usah pake goyang seronok juga kaleee. Gimanapun tari tradisional memang harus di lestarikan, dengan cara dan apresiasi yang benar. 

saya tidak begitu mengerti bagaimana seni yang baik. Tapi, saya tahu apresiasi yang sampai seronok itu gimana gitu, karena budaya kita kan sopan dan indah.  Tul gak?  Nikmati saja seni dengan cara yang normal daripada hebring. Tul gak? 


Sudahlah, saya cuma aneh kok, gak ada maksud lain. cuma merasa ada yang aneh saja :) foto ini lebih baik tidak ditiru, maaf memasukan dalam blog ini, hanya sebagai bukti bahwa yang saya tuliskan memang benar terjadi, saya tidak mengada-ada. suerrr!!!

Sabtu, 01 September 2012

Mr. K dan kesempatan

"Ribuan kili jalan yang kau tempuh

lewati rintangan, demi aku anak,u

ibuku sayang, masih terus berjalan

walau tapak kaki penuh darah penuh nanah..."


Saya teringat sesuatu ketika teteh yang sekamar dengan saya membacakan lirik lagu dari Iwan Fals ini, ada satu wajah yang tiba-tiba saja melintas di mata saya, kibatan anginnya mengenai bulu mata saya. wajah itu bukan ibu saya, tapi salah satu teman SD saya. Saya akan menyebutnya dalam kisah ini Mr. K. heheh. keren kan? Mr. K, gak pake Pop!

Mr. K ini adalah teman berantem saya semasa SD, orangnya sangat menyebalkan, wajahnya penuh dengan kesedihan dan kekesalan, orangnya pendiam. Paling tidak suka ada yang memerintah dan mengaturnya, hatinya dingin seperti air di Jatinangor :P heheh. Serius!

Mr. K orang yang kaku itu, ketika pengambilan nilai menyanyi menyanyikan lagu itu. Seorang Mr. K! dengan suaranya yang sumbang, matanya mengawang seperi memikirkan sesuatu, ketika saya langsung mangap dan,  Jleb banget. walaupun sumbang, tapi Mr K menyanyikannya dengan sepenuh hati.

Sejak itu, saya dankawan-kawan yang lain mengerti kenapa Mr. K bisa sedingin itu, karena beban yang ditanggungnya...

Mr. K, adalah orang yang pintar dalam matematika, bocah kumel tinggi kurus yang pintar Matematika, yang dingin itu... saya sangat sedih ketika melihatnya sedang mengangkat satu plastik besar berisi ikan, Orang yang superdupermegagigabite cerdas Matematika itu jadi kuli angkut di pasar ikan Parung.

Saya benar-benar gak habis pikir, kenapa? Apa yang kurang dari otaknya? apa yang kurang dari rajinnya? dia sangat rajin dan ulet. Kenapa?

Sejak melihatnya di pasar ikan itu, saya selalu bertanya-tanya, bahkan sempat kesal karena si Mr. K kenapa harus tidak melanjutkan sekolah? kenapa harus jadi kuli? kenapa???

Tapi sekarang saya sadar, ternyata, itu terjadi untuk mengingatkan kita, bahwa tidak semua orang punya kesempatan, yang bagi sebagian orang adalah hal mudah. Kenapa harus orang yang cerdas yang tidak memiliki kesempatan? Untuk mengingat orang yang punya kesempatan untuk lebih keras untuk menuntut ilmu...
Terus, Mr, K cuma jadi tumbal aja? Gak kok, Allah tahu apa yang Ia lakukan dengan hambanya. Mr. K adalah orang yang menginspirasi bagi saya, insyaallah, tidak akan Allah terlantarkan orang yang bermanfaat :)

Kamis, 30 Agustus 2012

Tali yang tersambung - untuk adik-adikku yang akan UN

Beberapa waktu lalu, sahabat saya menanyakan berapa nilai Ujian Nasional saya. saya selalu menjawab,"Itu hanya saya dan Allah saja yang tahu." 
Teman-teman berpikir, pasti nilai ujian nasioal saya bagus. sekalian ngasih tahu, saya mendapat nilai 4,25 di salah satu mata pelajaran. sedih? tidak, tapi sediiiiihhh bangeeet.

 Disaat teman kita sibuk mencari orang "Yang baik hati" untuk memberikan contekan, lebih baik kita mempersiapkan diri untuk sukses dengan nilai sendiri kan? malah ada juga, yang sudah les, belajar kelompok, terus belajar di rumah juga, apa lagi ya, foto kopi soal-soal setumpuk, eeehhh nyontek juga, yang bikin aneh lagi, pas Pengumuman deg-degan lagi! ckckckck

ah, Fahda sok. kayak gak pernah nyontek aja!
Pernah, saya pernah nyontek, alhamdulillah saya pernah bukannya sedang mencotek. lebih baik kejelekan itu di masa lalu daripada sekarang, kan?
 "Tapi kan UN gak gampang,bikin galau." so what? emang susah.

Perasaan yang serba galau memang wajar terjadi, tapi masa iya, UN sudah mau besok, kita masih galau? kata smash juga kan, "NO MORE MELOW, SAY NO TO GALAU, NO MORE SAD SAY NO TO FEAR."
Sebagian orang memilih untuk belajar kelompok, ikut bimbingan belajar dan bimbel disekolah. Tapi sangat di sayangkan, masih banyak diantara kita yang mengharapkan bocoran. Ha, bocoran? Ya, bukan bocoran yang ketika hujan membasahi pipi kita, tapi jauh lebih mengeringkan hati kita. sebagian orang merasa lebih tenang kalau sudah mendapatkan bocoran. kok bisa?
 padahal... Percaya atau tidak, manusia itu mempunyai God Spot, atau lebih dikenal hati nurani. Termasuk di dalamnya adalah kejujuran. Bagaimana mungkin, hal-hal seperti mencotek dapat menentramkan hati? Karena jika manusia melanggar hati nuraninya, pasti perasaan bersalahlah yang muncul, menyesal, kecewa bahkan marah pada diri sendiri, itulah yang membuat hati kita kekeringan. Kalau kebiasaan yang membuat hati kita kekeringan dilakukan secara intensif, jangan salahkan kalau kita mengalami masa paceklik hati. Titik-titik nurani kita terputus satu per satu. Jujur, bersih, damai, peduli, kasih sayang, melindungi, rasa itu habis sudah. Yang tinggal, hanya manusia berjiwa kering.
Semua manusia pasti akan bermasyarakat, akankah manusia berjiwa kering dapat bermasyarakat? Kita pasti punya cita-cita kan? Psikologi misalnya. Apabila ijazah mereka hasil dari ketidak jujuran, masa iya, mereka mensugestikan pasiennya untuk berbuat ketidak jujuran? Kalau pun mereka mensugestikan hal yang baik, dari mana asalnya? Dari kemunafikan? Guru? Politikus? Penulis? Diplomat? Dokter? Sama saja. Mau kita berikan apa negara kita? Akankan kericuhan saat ini terulang pada generasi kita? Yang nantinya akan kita tularkan lagi kegenerasi selanjutnya? Bad habbit, tidak akan selesai membahasanya. Tapi jangan khawatir. Manusia selalu diberikan tali, tali yang tidak akan pernah putus. Tali yang akan menyambungkan titik-titik nurani kita. Tali pertolongan Allah. Kita tahu, UN itu tidak mudah, kita tahu keadaan kita belum cukup. Tapi ada zat Yang Maha Besar yang akan membuatnya mudah. Dia yang mengatur inspirasi dan ekspirasi dalam hitungan detik, yang mengatur sirkulatori, yang mengatur tata surya. Tidak ada satu pun yang luput dari perhitungaNya. Jelas hanya meluluskan kita semua UN, mudah saja bagiNya, tidak ada yang mustahil bagiNya. Hanya saja, bagaimana prosesnya, itulah yang dinilaiNya. UN boleh saja berpatokan pada nilai, tapi ujian keimanan tidak. Kejujuran bukanlah hak pelajar, tapi kewajiban semua orang. Janji Allah tidak akan pernah bohong, ketika Ia berkata akan mengabulkan doa hambanya yang bersungguh-sungguh, maka, seharusnya kita percaya. Ketika keadaan terdesak dan kita meminta dengan sungguh-sungguh, Allah langsung mengabulkannya. Kalau keadaannya kita dapat bocoran dan lain sebagainya, yang bersifat tidak mendesak, akankan Allah mengabulkannya? Apalagi dengan cara yang tidak halal. Bukankah dikejar Anjing galak yang rabies akan membuat kita lebih cepat berlari? Jika dibelakang kita ada hiu, lebih cepat berenang?

Teruntuk adik-adikku yang mau ujian nasional, mumpung masih banyak waktu. Belajar, Man jadda wa jada :) semangaaat!!! Yang terpenting adalah, ridho Allah S.W.T jangan dengarkan orang yang tidak mendukung :) biar nilai jelek, yang penting lulus, lebih bagus lagi, kalau nilainya bagus siii... Jangan kayak Fahda, Jore pisan :p

Ya, Allah…
            Ya Allah, Engkau Maha Besar…
            Engkau menyaksikan kerja keras kami dalam UN
            Engkau Maha Melihat
            Pastilah Engkau menyaksikan proses kelulusan kami
            Lindungilah kami dari cara yang tidak baik
            Luluskanlah kami dengan percikan ridhoMu, ya Rabb
            Luluskanlah kami
            Agar kelak, kami menjadi manusia yang bermanfaat bagi negeri kami
            Negeri yang kami ingin, engkau ridhoi juga
            Indonesia kami
            Haruslah Indonesia yang jujur dan mulia, ya Rabb…

Selasa, 28 Agustus 2012

First Kiss


Wow, jangan sinis dulu dengan judul yang agak gimana gini, walaupun  yagak gimana gitu, tapi simak dulu isinya, jangan langsung ngayab kemana-mana dulu, ya.

Curhatan ini saya tulis karena kejadian beberapa lalu, saat itu saya sedang di sumedang, di fakultas ilmu budaya universitas padjajaran, ehmmm kalau yang belum tahu, saya diteima di sana, pamer? Gak kok, Cuma ngasih tahu sekalian minta di cie-in. ooops!
 
Jadi, dalam rangkaian ospeknya, disana disebut opera budaya, ada kegiatan training motivasinya. Tahu sendirikan, kalau udah masuk muhasabah, bayangkan orang tua, janur kuning, ee.. bendera kuning, masa-masa bersama orang tua, dan sebagaianya sebagai sebagainyalah. Berhubung saya lagi homesick, jadilah suara saya paling membahana, cairan yang enggak pantes dikeluarin, maksudnya dari hidung, keluar tanpa komando dan gak tahu diri. Saat teringat wajah ibunda tercinta, habis sudah harga diri saya sejalan dengan yang keluar itu. Kalau sudah sehisteris itu tandanya dosa kita sudah menggunung ke ibunda kita.

Fahda, apa hubungannya dengan first kiss?
Well, waktu smp, saya lumayan salah gaul, ooops, temen-temen se-jahiliyahan dulu, damai yeeee… seusia smp dulu, pembicaraan mengenai first kiss sudah tidak tabu lagi untuk anak-anak unyu kaya kita (dulu), dari teng bel istirahat, sampai teng bel masuk, itu mulu yang di bicarakan, dan itu dari senin sampai sabtu looh. Dengan bangga masing-masing dari mereka menceritakan kebanggaan mereka akan kejadian yang pasti Allah benci, dan itu, mereka bangga banget, buat mereka, bagi loe yang ‘belum’ loe norak -_- mengukur kegaulan seseorang dari situ, sumpah kasihan banget saya (maksudnya?!??).
Maaf sebelumnya, postingan ini agak fulgar, tapi, demi meluruskan dari mana dan siapa first kiss kita sebenarnya.
Ingat – pastinya enggak, waktu kita lahir dulu, ibunda kita dengan susah payah mengeluarkan kita, dengan harapan setinggi-tingginya untuk kita lahir dengan congrat, setiap tetesan peluhnya mewakilkan keinginan bunda untuk keselamatan kita, setiapn tetes air matanya mungkin adalah rasa sakitnya, kita mungkin gak tahu, bahkan gak mau tahu, tapi bunda kita tidak pernah memaksa kita untuk tahu, bunda kita tidak seegois itu untuk memaksa kita untuk memikirkan rasa sakitnya, tapi bunda kita selalu memikirkan rasa sakit kita, aneh deh bunda ini?!?
Dan ketika kita telah lahir, setelah bersih dari darah, bidan menyerahkan kita pada bunda, tangis sakit bunda berubah jadi tangis haru bahagia, padahal bunda gak tahu, setelah besar kita pasti ngeselin bunda, tapi bunda tetap menciumi kita dari kening, hidung, pipi, dan bibir. Bundalah ciuman pertama kita, bukan dokter, bukan suster, ayah saja belum tentu, atau ada yang pas lahir di cium sama pacarnya yang sekarang? Gak mungkin banget tuh…
Jadi fahda, gua harus bilang wow sambil salto gitu? 
Gak perlu, saya juga sedang belajar lebih mencintai bunda saya, bunda yang selama ini mungkin tidak saya dengar, saya lebih banyak mendengar keegoisan saya, bunda yang mungkin tidak saya kangenin sekangen cowok yang belum tentu cikal bakal pendamping saya, bunda yang mungkin lebih banyak tidak tidur memikirkan biaya kuliah kita, sedangkan kita tidur pulas di ranjang kosan. Bunda yang kita anggap kepo banget, bunda yang kadang dimata kit anorak setengah apapun, tapi bunda selalu membanggakan kita apapun situasinuya, bunda yang mungkin tidak kita banggakan sebangga pacar-pacar kita. Bunda yang mungkin tidak tahu kelakuan nakal kita diluar, bunda yang mungkin hanya tahu kalau anaknya hebat, tanpa tahu hal buruk apa yang sudah dilakukan anaknya.
Duuuh jadi pengen nangis, memang, ciuman pertama dari  bundalah yang harus dibanggakan, kalau masih membanggakan first kiss kita dengan lelaki yang belum tentu jadi pendamping kita, lihatlah ibunda kita, pasti malu dan rasanya pengen pura-pura pingsan.